Momentum

MAYDAY 2007

Wednesday, May 16, 2007

Mayday 2007 Satu Kemunduran?

Ken Budha Kusumandaru*

Tanggapan untuk soulrebel dari milis indo-marxis

Di milis indo-marxis ada satu posting msg02223 yang isinya mengejutkan. Agar jelas, aku kutipkan lengkap di sini:

“Re: [indo-marxist] SELAMAT HARI BURUH
soul rebel
Sun, 06 May 2007 19:27:37 -0700
May-Day 2007 Justru mengalami kemunduran, baik secara kuantitas massa aksi maupun dari kualitas politiknya. Dalam kacamataku, May-Day kemarin hanya ajang perayaan hari buruh dan reuni para organiser serikat buruh merah--mohon maaf jika banyak kawan-kawan yang tak berkenan.


Secara organisasional, "serikat buruh merah" terus mengalami kemunduran organisasi. PHK massal yang dialami basis2nya, sistem buruh kontrak dan ketidakmampuan pengorganisasian dalam menangani persoalan tersebut adalah persoalan utama melemahnya serikat buruh merah.

Problem diatas sangat disadari oleh para pimpinan serikat buruh, salah satu landasan terbentuknya ABM adalah karena persoalan-persoalan diatas. Akan tetapi, telah satu tahun lebih ABM terbentuk tetap saja tidak mampu mengatasi problem2 diatas (bahkan berebutan basis antara organ2 yang tergabung dlm ABM untuk membesarkan basisnya masing2), dan secara politik tuntutan ABM cenderung mengikuti kesadaran massa--tidak jauh beda dengan serikat buruh kuning. Walau dalam platform perjuangan ABM memiliki program2 yang maju dan lebih strategis akan tetapi dalam praktek politiknya sangat lemah sekali di propagandakan--bisa dilihat dalam tema2 aksi dan tuntutan yang dilakukan ABM maupun di aksi May-Day kemarin.

Hasil diskusi dengan seorang kawan, mengatakan hal ini dilakukan karena untuk tetap menjaga kuantitas massa, krn jika ditarik terlalu politis massa akan lari... sebuah retorika yang tak seharusnya keluar dari seorang pimpinan serikat buruh merah!

Padahal bila dilihat organ-organ yang tergabung dalam ABM, tidak kita sangsikan lagi kesadaran para pimpinan serikat-serikat buruh tersebut dalam memahami problem masyarakat indonesia secara utuh dan solusi yang seharusnya dilakukan oleh kaum buruh

Yang menjadi pertanyaanku saat ini, akan dibawa kemana kah persatuan buruh ini? Akan kah terjebak dalam kesadaran serikat buruhisme? Atau kah tetap dalam garis yang melandasi terbentuknya ABM?

Sekali lagi maaf bila ada kata2 yang tak berkenan...

Salam

Jah”

Posting ini sangat mengejutkan. Bukannya kita anti-kritik, atau terlalu narsis sehingga tidak mau mendengar ada pihak yang mengatakan bahwa Mayday 2007 mengandung kegagalan. Tapi kritik ini dilontarkan oleh seorang yang cukup aktif ada di milis indo-marxis. Kita bisa mengasumsikan bahwa ia memiliki landasan cara berpikir materialis dalam melihat keadaan. Ternyata, cara pandangnya sangat sempit dan sama sekali tidak berdasar pada fakta di lapangan. Aku bahkan meragukan apakah orang ini hadir pada perayaan Satu Mei tahun ini.

Pertama, dari segi tuntutan, Mayday 2007 jauh lebih maju daripada Mayday 2006. Tuntutan di Mayday 2006 hanya sebatas membatalkan revisi UUK. Seruan di Mayday 2007 mencakup pula Pembuatan UU Pro Buruh dan Pembentukan Konfederasi Buruh Baru yang Progresif. Tentu saja ini bukan tuntutan, karena tidak mungkin menuntut pemerintah membentuk Konfederasi yang progresif. Tapi, seruan ini merupakan sebuah rallying cry, sebuah sangkakala, untuk dimulainya tahapan perjuangan baru bagi serikat-serikat buruh di Indonesia.

Kedua, melemahnya serikat-serikat buruh “merah” akibat banyaknya PHK massal dan sistem kontrak. Barangkali itu benar. Banyak serikat buruh yang mengalami kemerosotan signifikan dalam jumlah anggota. Tapi, kita tidak bisa menyalahkan serikat-serikat buruh untuk kejadian ini. CUT saja, yang sudah jadi serikat buruh terkuat di Brazil, atau COSATU di Afrika Selatan, mendapatkan pukulan keras akibat penerapan LMF di negara mereka masing-masing. Memang LMF ini dirancang sebagai kebijakan anti-serikat. Tugas kita sebagai pelopor adalah membuat penguatan di bidang lain, agar pukulan yang keras dari sisi jumlah anggota dapat diimbangi dengan meningkatkan kekuatan dari segi lainnya.

Ketiga, ketakutan ABM menjadi serikatburuhisme. Mana mungkin? Ketika ABM sudah dua tahun berturut-turut mengumandangkan slogan “Buruh Berkuasa, Rakyat Sejahtera!” sebagai pekik perangnya … bagaimana mungkin ada ketakutan ABM terjebak pada serikatburuhisme? Peran yang harus dilakukan serikat buruh memang harus berbeda dari peran yang dilakukan partai politik. Kalau ada partai politik yang tidak pernah bisa mengerahkan anggotanya sendiri, tapi selalu mengerahkan anggota-anggota ormasnya untuk menambal jumlah massa – ini yang harus kita pertanyakan. Ormas tidak boleh menjadi onderbow orpol manapun. Tapi, ini cuma kata Marx, sih. Bisa aja Marx salah. Atau boleh juga kan kita tidak mengikuti Marx? Pemahaman yang kuat mengenai pembagian peran ormas-orpol inilah salah satu kunci pembangunan kekuatan revolusioner di Indonesia. Tanpa adanya pemahaman bahwa ormas dan orpol adalah dua jenis organisasi yang berbeda, dan bekerja di ranah yang berbeda, hasilnya pasti carut-marut organisasional.

Keempat, soal “rebutan basis”. Dari pernyataan ini, kiranya makin jadi jelas bagi kita bahwa mengintrik sudah menjadi budaya, mengintrik sudah dilakukan sebagai satu hal yang refleks. Aku sebetulnya cenderung ingin mengatakan bahwa soulrebel adalah seorang yang anti-serikat – karena ia tega mengintrik sebuah formasi serikat buruh yang termaju sekarang ini. Tapi, mengingat bahwa intrik sudah jadi budaya, barangkali kita musti sadar dan terus saling mengingatkan bahwa intrik adalah racun yang begitu kuat, salah satu penghalang terbesar tercapainya persatuan kiri sampai hari ini.

Kelima, aku perlu mengingatkan bahwa seorang pelopor tidak pernah boleh menyalahkan massa. Jika massa keliru, maka peloporlah yang salah – entah si pelopor memberi teladan yang jelek, atau tidak memberi teladan sama sekali. Gerakan buruh Indonesia telah maju sangat pesat sejak kebangkitannya kembali di awal 1990-an. Kalau dulu buruh gembira melihat ada mahasiswa menjadi organiser buruh, saat ini gerakan buruh sesungguhnya sudah sanggup mengirim organiser untuk mendinamisir gerakan mahasiswa. Sudah cukup banyak kader-kader buruh yang memiliki kemampuan itu, cuma soal kepercayaan diri saja yang masih kurang. Kaum buruh memang akan selalu lambat menyerap pengetahuan revolusioner. Ingat bahwa dominasi ideologi borjuis dicurahkan sekuat tenaga ke dalam kepala kaum buruh. Bahkan acara Tukul Arwana pun mengandung racun bagi kesadaran buruh, perhatikan saja. Tapi, kaum buruh selalu berusaha keras untuk menyingkirkan kuk hegemoni itu. Sambil berusaha melepaskan diri dari belenggu ideologi yang mengikatnya, buruh akan memperhatikan dan memamah bahan-bahan pendidikan dan propaganda yang disebarkan oleh para pelopor. Dan pada saat tertentu, kaum buruh akan melompat kesadarannya. Di tengah gerakan buruhlah kita melihat dengan nyata dialektika evolusi-revolusi dalam praktek. Maka, jangan sekali-sekali pernah merasa lelah atau putus asa berpropaganda dan mendidik kaum buruh. Jangan pernah menganggap buruh bebal atau terbelakang. Aku sendiri kadang juga merasa lelah, tapi jangan lama-lama, masih banyak propaganda dan pendidikan yang harus dilakukan. Dan saat ini adalah saat di mana kaum buruh begitu haus dengan pendidikan dan propaganda progresif. Ingatlah pengalaman PRD, yang menganggap buruh terbelakang kesadarannya, anggapan yang membuat PRD selalu melompat-lompat dalam pengorganisiran, tidak pernah fokus dan membiarkan diri diombang-ambing momentum. PRD yang berjuang agar 1 Mei jadi Hari Buruh, tapi tidak dapat jatah orasi di depan kumpulan buruh terbesar yang pernah merayakan Satu Mei sejak Orde Baru mulai berkuasa. Tragis. Itu semua karena kurangnya kesabaran revolusioner dan kurangnya kepercayaan pada gerakan buruh. Semua organisasi yang berkehendak menjadi pelopor hendaknya belajar pada kesalahan teoritik mendasar ini.

Terakhir, aku sendiri tidak akan memaafkan isi posting ini. Si soulrebel ini sudah seharusnya ganti kacamata. Terserah pada kawan-kawan serikat buruh, apakah akan memaafkan. Tapi, bagiku, sudah saatnya kita menarik garis yang lebih tegas. Kita harus sudah sungguh-sungguh menghitung siapa yang sebenarnya setia pada gerakan buruh dan siapa yang setengah hati saja memberi dukungan pada gerakan buruh. Dengan menarik garis yang tegas, kita akan lebih mudah menuju persatuan yang kokoh – bukan persatuan yang selalu direcoki oleh kepentingan-kepentingan sesaat dari mereka yang gamang dan setengah hati berpihak pada gerakan buruh.

*Ketua Divisi Pendidikan KP PRP

2 comments:

Anonymous said...

Salam Bung Ken,

Saya sangatlah setuju dengan respon Bung Ken terhadap "kritik" bung soul rebel. Tuntutan May Day 2007 secara kualitas sangatlah lebih maju dari pada tahun lalu.

Sebagai organiasi atau individu pelopor, kita harus mempunyai kepercayaan penuh terhadap kelas buruh, dan juga kesabaran yang besar dalam menemani kaum buruh di dalam pengalaman perjuangannya. Menemani mereka dan membantu mereka untuk meraih kesimpulan akhir dari pengalaman kolektif mereka; inilah tugas seorang pelopor revolusioner.

Secara praktis, ini berarti bekerja (meng-intervensi) di dalam serikat buruh atau organisasi berbasis massa (yang terkadang mempunyai sikap reformis) supaya massa tidak terilusi dan dikhianati oleh reformisme.

Salam Perjuangan,
Ted Sprague

Anonymous said...

bung Ndaru,
Sejak kapan Marx membicarakan ormas dan parpol? Jaman dia gak ada tuh ormas-parpol kayak jaman Lenin. Cuma satu relasi bos, koran Neue Rheinische Zeitung dan organisasi massa Liga Komunis.

Salam baik.