Momentum

MAYDAY 2007

Thursday, March 29, 2007

Penolakan kedatangan Bush ke Indonesia

Pernyataan Sikap !!!

Tolak kedatangan Bush ke Indonesia !!!
Waspadai segala agenda kerjasama RI dan pemerintah AS !!!
Galang konsolidasi kekuatan prodemokrasi melawan Imperialisme !!!


Salam rakyat pekerja,

Tanggal 20 November 2006 rencananya Presiden AS, George W Bush akan mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di istana presiden Bogor. Kunjungan Bush kali ini merupakan yang kedua kali, setelah kunjungan pertama tahun 2003.

Menurut Dino Patti Djalal ada beberapa agenda pertemuan yang akan dibahas selama Bush berada di Indonesia, seperti: 1) Peningkatan investasi AS di Indonesia. Saat ini 1 miliar dolar AS ditanam investor AS yang meliputi 205 proyek, 2) Energy security, terutama pengembangan bioenergi, 3) Masalah pendidikan. Saat berkunjung ke Indonesia tiga tahun lalu, Presiden Bush menyumbang 157 juta dolar AS untuk pendidikan, 4) Masalah kesehatan, terutama terkait penanganan flu burung, 5) Pembangunan sistem peringatan dini tsunami di selatan Pulau Jawa, 6) Pengembangan teknologi informasi.

Demi menyambut pimpinan negara adikuasa ini, yang cuma selama 6 jam, pemerintah bahkan tak tanggung-tanggung menggusur pedagang kaki lima, mengganti rute kendaraan umum yang tentu saja akan sangat berpengaruh bagi penghdiupan rakyat sekitar Bogor. Selain itu, pengamanan ekstra ketat juga dilakukan dengan mengerahkan setidaknya 1800 personel aparat gabungan TNI dan Polri, menempatkan sniper di 10 titik di Bogor dan rencana mematikan saluran komunikasi menjelang kedatangan Bush ke Bogor.

Kedatangan Bush saat ini diharapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menggairahkan investasi dari negara adidaya tersebut, utamanya di sektor energi. Menurut Koordinator Menteri Perekonomian Boediono, sepanjang enam tahun ini nilai investasi AS di sektor energi hanya US$ 1 miliar yang tersebar dalam 205 proyek. Angka itu masih terbilang kecil, apalagi dibandingkan nilai investasi Jepang dan Cina serta negara-negara Eropa.

Hal tersebut juga sejalan dengan berbagai pembahasan yang akan dibicarakan oleh SBY dan Bush nanti. Pada sektor pendidikan akan dibahas program bantuan pendidikan AS bagi anak Indonesia, di bidang pendidikan juga, akan dibahas penerimaan beasiswa belajar di AS agar ditambah dan diberikan kemudahan untuk mengurusi visanya. Sementara untuk sektor penanganan bencana, pemerintah menawarkan agar kepada AS untuk membangun sistem peringatan dini di sekitar pulau Jawa. Selain itu dalam bidang kesehatan dan infrastruktur, AS ingin memastikan bahwa perekonomian Indonesia meningkat seperti yang diungkapkan oleh Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia Lynn Pascoe.
Energi merupakan salah satu yang menjadi sorotan utama Bush. Karena beberapa korporasi asing milik AS banyak menguasai sumber-sumber produksi energi di Indonesia, seperti Exxon Mobil Oil, Caltex, PT Freeport Indonesia, Conocco Philips, Payton, Santos, dan lain sebagainya. Fakta pun berbicara, bahwa kehadiran korporasi asing, terutama milik imperialis AS tidak mendatangkan satupun keuntungan bagi rakyat Indoensia. Kemiskinan, keterbelakangan, pencemaran lingkungan, hingga hancurnya budaya lokal, adalah potret nyata dari kehadiran korporasi asing milik imperialis di Indonesia.

Diindkasikan kunjungan Bush kali ini merupakan suatu tekanan terhadap pemerintah atas pemutusan kontrak ExxonMobil di Blok D-Alpha Natuna. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan aturan kontrak menyebutkan kontrak ExxonMobil di Natuna berakhir pada 2005 dan perusahaan minyak asal AS tersebut ngotot untuk memperpanjang kontraknya hingga 2009. Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Kardaya Warnika, selama dua tahun setelah kontrak berakhir pada 2005, ExxonMobil tidak melakukan kegiatan sesuai dengan isi kontrak.

Jelas bahwa kunjungan Bush kali ini hanyalah untuk memperpanjang dan memperdalam cengkeraman imperialisme di tanah Indonesia. Maka dari itu, kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) menuntut :
1. Menolak Kedatangan Presiden AS Bush ke Indonesia karena agenda kunjungan Bush ke Indonesia hanyalah sebuah kedok untuk memperpanjang cengkeraman imperialisme di Indonesia
2. Waspadai segala bentuk kerjasama antara RI dan pemerintah AS di bidang Ekonomi, Politik, Kebudayaan dan Militer
3. Agar pemerintah Indonesia meninjau ulang seluruh perjanjian kerjasama perusahaan AS dengan Indonesia
4. Bangun solidaritas rakyat pekerja untuk melawan neoliberalisme dan imperialisme

Kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja juga menghimbau kepada seluruh elemen pro demokrasi di Indonesia dan seluruh rakyat pekerja untuk mewaspadai menguatnya imperialisme di Indonesia dan membangun solidaritas rakyat pekerja di seluruh.

Jakarta, 10 November 2006

Sekertaris Jenderal




Irwansyah

No comments: