Momentum

MAYDAY 2007

Tuesday, May 15, 2007

Perkuat Barisan Kita, Satukan dalam Wadah Buruh Nasional Yang Sejati

Irwansyah*

Kita telah berkumpul di Hari Buruh Internasional (Mayday) dan pasti juga akan berkumpul lagi di hari-hari ke depan dalam persaudaraan dan kebanggaan terhadap diri kita yang sedang merapihkan barisan perjuangan rakyat pekerja Indonesia yang gagah berani. Kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) merasa bangga bisa berada di tengah-tengah gelora semangat perlawanan kawan-kawan buruh yang tiada henti melawan ketidakadilan sosial walau terus menerus juga dihantami oleh sombongnya penguasa dan serakahnya pengusaha negeri ini. Hari ini kita rapihkan barisan buruh agar semakin kuat daya juangnya, semakin cepat gerak majunya, semakin pasti langkahnya.

Perkenankan untuk mengenalkan diri kepada kawan-kawan buruh dan rakyat pekerja lain yang mungkin belum mengenal kami. PRP memang bukan serikat buruh, bukan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan yang sudah pasti bukan organisasi antek dan binaan penguasa dan pengusaha. PRP adalah wadah berkumpulnya rakyat pekerja yang memiliki beragam profesi dari berbagai sektor, daerah, dan.bahkan juga kaum miskin kota dan desa yang karena kebobrokan ekonomi kapitalisme tidak bekerja secara upahan. Rakyat pekerja yang berhimpun berasal dari serikat-serikat beragam sektor; serikat buruh, serikat nelayan, serikat mahasiswa, serikat pemuda (baik yang di kota dan di desa), dll.

Perhimpunan ini diperlukan karena pengalaman perjuangan di serikat masing-masing membawa kepada kesimpulan tentang adanya kebutuhan berjuang bersama melampaui asal muasal daerah dan sektor masing-masing, tapi ada juga kebutuhan berjuang karena kita sama-sama rakyat pekerja, rakyat yang bukan menggunakan kekuatan modal dan bisa menggerakkan aparat kekerasan untuk melanggengkan kemakmuran diri mereka di atas penindasan dan penghisapan orang-orang lain. Barisan rakyat pekerja di kalangan buruh memainkan peran penting dalam teori perjuangan yang kami pegang. Perjuangan buruh lah yang saat ini memiliki kesempatan untuk memimpin kalangan rakyat pekerja semuanya untuk melawan penindasan dan bergerak ke masa depan yang adil dan demokratis untuk semua orang – bukan adil dan menyenangkan buat segelintir orang-orang yang berkuasa seperti hari ini.

Buruh bisa kita pahami sebagai status seseorang atau kelompok dalam hubungan produksi/kerja yang berlangsung di masyarakat kita. Tersedianya barang dan jasa membuat masyarakat bisa bertahan hidup dan berkembang, itu hasil dari kerja orang-orang yang berstatus buruh/pekerja/penerima upah. Bersama dalam proses kerja ada orang-orang yang menguasai modal dan mempergunakannya untuk memiliki kekuasaan lebih besar, yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menentukan apa yang diproduksi dan apakah terus berproduksi. Dalam pengertian administratif mereka juga disebut warga negara, dan sering mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari rakyat, mereka adalah KAPITALIS, alias PENGUSAHA atau MAJIKAN.

Rakyat pekerja tentu ingin memuliakan dirinya dengan bekerja dan mempergunakan apa yang dihasilkan dari kerjanya untuk hidup yang layak dan bergembira. Kenyataannya tidak sesederhana harapan itu, karena kekusaan dalam menentukan apa yang dihasilkan lewat kerja produksi itu saat ini tidak sepenuhnya ditangan orang yang bekerja. Atas dasar pembodohan yang dilakukan lewat berbagai cara maka masyarakat secara luas umumnya menganut pemahaman yang menerima keadaan hari ini; ada PENGUSAHA yang semakin besar menjadi semakin serakah dan tidak peduli kemanusiaan orang lain, dan ada juga RAKYAT PEKERJA yang butuh untuk hidup dengan cara mencari nafkah. Rakyat Pekerja menjadi BURUH bila dia bekerja dan menerima upah, tapi karena lemah kekuatannya maka mereka terus dikorbankan oleh kekuatan yang menguasai modal dalam proses kerja.

Lihat keadaan keadaan buruh dan rakyat pekerja lainnya hari ini di Indonesia, kita terus menerus harus melawan secara berkelompok karena nyaris hidup kita ini tidak pernah lepas dari kesulitan hidup. Upah Layak tidak pernah benar-benar dinikmati, yang ada adalah menipu diri kita sendiri agar bisa menerima upah yang tidak pernah mencukupi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Keselamatan dan kepastian kerja semakin memprihatinkan, dan dengan berbagai alasan kita dipaksa menerima sistem kerja yang tidak melindungi kebutuhan orang bekerja akan kepastian. Akibatnya merajalela lah outsourcing dan sistem kerja kontrak yang hanya memuaskan kepentingan pengusaha agar terus mendapatkan keuntungan di atas penderitaan rakyat pekerja.

Semua kesulitan hidup itu dilindungi dan didukung oleh kekuatan pendukung di bidang politik yang kita sebut NEGARA. Tidak peduli dengan kesulitan hidup rakyat pekerja, masih ditambahkan lagi penindasan berupa dihilangkannya segala macam hak-hak sebagai warga negara, seperti; hak pendidikan dan kesehatan yang bisa didapatkan siapa saja tanpa harus memiliki uang yang banyak untuk membelinya. Bertahun-tahun yang sangat panjang penindasan hasil kongkalikong/kerjasama PENGUSAHA dan PENGUASA berlangsung tanpa pernah memberikan akibat terbaginya kesejahteraan kepada RAKYAT PEKERJA.

Selama itu pula di Indonesia, kaum buruh terus mengambil posisi yang tegas tidak mau tunduk begitu saja menghadapi penindasan dan ketidakadilan EKONOMI dan POLITIK. Berkat pengalaman yang berjalan panjang namun terasa pelan, kaum buruh Indonesia berhasil sampai pada pencapaian WADAH PERSATUAN BURUH yang tidak bisa disogok, disuap, dikangkangi oleh PENGUSAHA dan PENGUASA. Wadah Persatuan itu seperti manusia yang dalam tahap pertumbuhan, dalam usianya yang masih belia ia muncul sebagai ALIANSI BURUH MENGUGAT.

ABM tidak hanya menggugat PENGUASA dan PENGUSAHA tapi juga menggugat keragu-keraguan dan ketakutan banyak kawan-kawan di kalangan buruh sendiri yang menyangka kehidupan BURUH adalah nasib yang tidak beruntung dan tidak bisa berubah. Setahun lalu ABM memimpin kaum buruh untuk melawan secara terorganisir dan kolektif guna menolak rencana revisi UUK. Setahun lalu rakyat pekerja tidak hanya dari kalangan buruh melihat dengan langsung dan menjadi sadar bahwa PENGUSAHA dan PENGUASA tidak bisa selalu bertingkah dan berencana sekena hatinya saja, karena ketika RAKYAT PEKERJA yang dipimpin perjuangan buruh mulai merapihkan barisannya maka mereka siap menerjang barisan penghadang apa pun. ABM sedari setahun lalu telah menghadirkan dirinya untuk melawan persekongkolan PENGUASA dan PENGUSAHA yang bertahun lamanya mempergunakan pimpinan-pimpinan elit serikat buruh yang mau dijadikan boneka-boneka untuk meredam gejolak semangat berjuang buruh yang di lapisan bawah serikat-serikat buruh.

Mayday 2007 menunjukkan kepada negara, dan banyak kalangan, bahwa gerakan buruh bisa berjuang dengan daya tahan untuk perjuangan jangka panjang. Seringkali orang mencibir bahwa gerakan buruh bukan lah gerakan politik. Gerakan buruh atau pun gerakan rakyat pekerja tidak punya masa depan karena dia hanya bicara tentang kasus-kasus yang selalu kalah dan terpecah belah tanpa wadah perjuangan yang memadai untuk merubah kekuasaan yang menindas mereka. Tapi Mayday 2006 ternyata disusul oleh peringatan yang sama bersemangatnya tahun 2007.

Mungkin kuantitas massa berubah-ubah dari satu lokasi ke lokasi lain tapi yang pasti kini semakin meluas dan tidak bisa dibendung lagi dengan intimidasi dan stigmatisasi murahan ala milisi anti komunis. Pemerintah SBY-JK pun kini terpaksa menjawab dengan panjang lebar bahwa mereka tidak bermaksud menyengsarakan buruh. Tapi kenyataan telah terpampang jelas: POLITIK UPAH MURAH dan SISTEM KERJA KONTRAK adalah bukti yang semakin dipahami rakyat dimana-mana bahwa gerakan buruh selama ini benar. Bahkan rakyat mulai berpikir bahwa slogan BURUH BERKUASA RAKYAT SEJAHTERA adalah seruan yang masuk akal. Puluhan tahun negeri ini dikuasai oleh beragam jenis kalangan borjuasi tapi tak pernah sekali pun memberikan kesejahteraan bagi rakyat.

Hari ini barisan ABM semakin kokoh, buat PRP ini adalah sejarah penting buat rakyat pekerja. Karena ini berarti satu barisan di satu wilayah bertambah, berarti semakin pasti langkah kita berjuang mengakhiri penindasan dan ketidakadilan. Keyakinan kita semakin menebal bahwa hanya dengan mendekatkan rakyat pekerja ke kekuasaan maka perubahan sejati bisa terjadi. Kita semakin yakin BURUH BERKUASA, RAKYAT SEJAHTERA.

*Sekretaris Jenderal KP PRP

No comments: