Momentum

MAYDAY 2007

Tuesday, May 15, 2007

Waktu

Ken Budha Kusumandaru*

Apa yang kita pikirkan ketika kita mendengar istilah “Seiring berlalunya waktu”? Apakah kita memikirkan perubahan apa saja yang telah terjadi? Jika demikian, itu sesuai dengan hakikat waktu. Waktu adalah kuantifikasi (total penjumlahan) perubahan yang terjadi pada alam semesta. Waktu adalah cara manusia mengindera PERUBAHAN. Bahkan, satuan waktu yang kita pergunakan sekarang ini (detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dst) didasarkan pada satu siklus perubahan, yakni perubahan posisi matahari di angkasa.

Oleh karena waktu adalah penangkapan manusia atas perubahan, maka waktu tidak akan dapat diputar ulang atau dilompati. Kita berulangkali melihat dalam film-film fiksi ilmiah ada orang yang melompati waktu, baik kembali ke masa lalu atau menuju masa depan. Hal-hal ini tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan.

Kita tidak bisa mundur dalam waktu karena perubahan terjadi dalam satu garis lurus. Tentu saja ada juga perubahan yang bisa dibalik kembali (reversibel). Contohnya, air yang dipanaskan bisa kembali dingin. Tapi, perubahannya tidak terjadi dalam skema Air Dingin ↔ Air Panas. Perubahan berlangsung dalam tahap Air Dingin  dipanaskan  Air Panas  mengalami pendinginan  Air Dingin.

Kita juga mustahil melompat ke masa depan karena perubahan-perubahan yang terjadi di seluruh semesta ini saling berkaitan. Seseorang yang merokok, misalnya, memberi sumbangan pada tingkat polusi yang terjadi di sekitarnya. Ketika angin berubah, kadar polusi ini terbawa dan tersebar ke seluruh dunia. Tiap perubahan berlangsung dalam tahapan tertentu, yang seringkali tidak bisa dipercepat atau tidak bisa dipotong kompas.

Orang seringkali meromantisir teori Einstein tentang relativitas dengan contoh angkasawan yang berputar mengelilingi bumi dalam kecepatan cahaya (± 300.000 km/jam) dan dalam keadaan tanpa gravitasi. Dalam contoh ini, si angkasawan akan mengindera waktu berjalan lebih lambat daripada yang dialami oleh rekannya yang berada di bumi. Ketika orang-orang di bumi merasa bahwa sudah 80 tahun berlalu, si angkasawan baru merasa bahwa baru setahun dijalaninya di antariksa. Ketika si angkasawan kembali ke bumi, ia mendapati rekan-rekannya sudah pada uzur sementara dia masih muda-belia. Tapi, dalam proses ini, hanya soal perubahannya saja yang berbeda kecepatannya. Si angkasawan tetap tidak dapat melompati waktu.

Waktu adalah bukti termanjur bahwa segala hal berubah dan bergerak, bahwa tidak ada hal yang kekal. Semua hal akan lahir, berkembang, dewasa, mati – dan akan muncul kembali dalam bentuk baru yang lebih maju.

Waktu pula yang mendiktekan pada kita agar mempelajari perubahan yang telah lalu dan memperkirakan jalannya perubahan yang akan datang – agar kita dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya masa yang kita nikmati sekarang.

*Ketua Divisi Pendidikan KP PRP

No comments: